MEWASPADAI HABIB-HABIB PALSU
Kasus habib palsu itu bukan hal baru, sama dgn kasus nabi palsu, mantan
kiai palsu, kitab palsu, mantan Nu dan berbagai macam yg palsu yang
sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu dgn slogan ‘memurnikan
ajaran Nabi’
Paradox. Memang. Membawa misi ‘memurnikan ajaran Nabi’ kok malah membawa yang palsu-palsu?
Istilah habib sudah sangat akrab dengan telinga masyarakat Indonesia, meski banyak juga orang yang belum memahaminya
Habib, adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kekerabatan langsung
dengan Rasulullah Saw (cucu). Di samping sebutan habib, ada pula sebutan
syarif dan sayyid
Menjadi keturunan Rasulullah Saw merupakan
anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang dikehendakinya,
tentunya disertai dengan amanah yang besar pula di pundak mereka
Ada keistimewaan khusus yang diberikan Allah kepada keturunan
Rasulullah Saw, yakni mereka wajib untuk dicintai. Allah swt menyatakan
dengan tegas :
قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى
Katakanlah (hai Muhammad), “Aku tak minta balasan apapun pada kalian
atas semua ini (sampainya islam pada kalian) kecuali mawaddah
(cintailah) kerabat (ku)”
Perintah mencintai keluarga Nabi Saw langsung datang dari Allah swt (pembuat syari’at) kepada Nabi Saw
وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا
Tidaklah sepantasnya bagi mukmin dam mukminah apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan satu perkara, kemudian mereka masih menawar.
Barang siapa membangkang pada Allah dan Rasul-Nya maka benar-benar sesat
dengan sejelas-jelasnya
Adilkah bila Allah menyuruh kita secara khusus mencintai anak cucu Nabi Saw?
Sangat adil. Tanpa Nabi Muhammad Saw kita tak akan jadi orang islam. Semua adalah buah kegigihan dakwah Rasulullah saw
ووصفه بالظالم استحالا
Mensifati Allah dengan ketidak adilan, adalah sesuatu yang mustahil
Ada pepatah ada gula, ada semut. Ada yang mendapat karunia, tentu saja ada yang hasud
Orang-orang yang hasud senantiasa berupaya menghilangkan jejak yang ditinggalkan Rasulullah Saw dengan berbagai cara
Pertama, dengan mengatakan bahwa Rasulullah Saw tidak mempunyai
keturunan (abtar), karena tak seorang pun anak laki-laki yang dimiliki
Rasulullah hingga dewasa dan memberikan cucu untuk beliau Saw
Peristiwa ini sudah terjadi sejak Rasulullah masih hidup. Allah Swt langsung membantah anggapan abtar ini dengan ayat :
ان شانئك هو الابتر
Berhentikah para penghina nabi dengan ayat allah tersebut? Ternyata
tidak. Mereka berkata, “Muhammad hanya mempunyai anak perempuan. Dengan
demikian putuslah keturunannya”
Benarkah demikian?
Ternyata tidak. Justru Sayyidah Fathimah Ra merupakan sebuah
pengecualian istimewa. Bila manusia pada umumnya nasab adalah dari garis
keturunan laki-laki, anak cucu nabi nasabnya bersambung dengan fathimah
Dengan tegas Nabi bersabda :
كُلُّ نَسَبٍ وَسَبَبٍ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلا سَبَبِي وَنَسَبِي
Tiap-tiap nasab dan sebab (persaudaraan karena hubungan nikah) akan terputus kecuali sebabku dan nasabku
Kedua, upaya pembantaian anak cucu nabi yang terjadi di Karbala, Irak.
Untuk kesekian kalinya Allah swt menyelamatkan anak cucu nabi.
Lagi-lagi, doa nabi saw bahwa nasabnya tak akan terputus terbukti
Ketiga, mencoba menuduh anak cucu Nabi sebagai mudda’i (cuma
ngaku-ngaku, padahal bukan) upaya ini kita saksikan hingga hari ini.
Biasanya, ini dilakukan oleh Yahudi untuk mengelabui umat agar tidak
lagi cinta pada habaib, kalau bisa malah membencinya
Upaya-upaya mereka dapat kita amati dengan jelas, misalnya dengan
mengadu domba antara sesama habaib. Nasehat habib asli kepada habib
palsu. Habib asli antara lain : fulan, fulan ,..dst
Tak mempan. Jalankan rencana B. semua habib-habib itu kalau ditest, DNA nya gak akan sama
Sampai di sini kedok mereka mulai terbongkar. Antara satu ucapan dengan
ucapan lain saling berbenturan. Tadi mereka bilang habib asli, apa
sudah melakukan test DNA? Yang mereka vonis sebagai habib palsu, apa
mereka juga sudah test DNA dan menyatakan DNA mereka tidak sama?
Walhasil, masalahnya bukan terletak dalam test DNA atau tidak. Habaib
yang sekarang hidup di Indonesia, rata-rata adalah keturunan ke 36, 37
atau ke 38 rasulullah saw. Mungkinkah melacak DNA mereka satu demi satu
hingga Rasulullah?
Boleh dibilang wacana test DNA adalah
mengada-ada, karena mereka yang berkoar-koar palsu tak punya secarik pun
kertas hasil test DNA
Kedua, bagi seorang muslim, ancaman dosa
bagi mereka yang mengaku-ngaku keturunan Nabi sudah cukup menakutkan
dibanding sekedar test DNA. Kalaupun ada orang tertipu karena memuliakan
habib yang ternyata palsu, itupun sama sekali tidak masalah. Allah maha
mengetahui bahwa dalam hatinya, orang tersebut berniat menghormati
keluarga Nabi Saw. Yang menipu tetap mendapat dosa, yang tertipu, tetap
mendapat pahala
Keempat, upaya memanfaatkan sisi kekurangan orang untuk menjatuhkan nasab.
Ada seorang pendusta (gelarnya ustadz) berkata, “Kalau memang dia anak
cucu nabi, ya harus persis sama nabi dong. Kalau tidak berarti dia cuma
ngaku-ngaku.” Pernyataan ini seakan-akan benar. Namun terselip banyak
kedustaan di dalamnya. Tak ada satupun rumus yang menyatakan cucu =
kakek, kakek=buyut. Ketidak samaan cucu dengan kakek itu hal lumrah.
Anak belum tentu sama dengan bapak. Itu yang pertama
Kedua,
habib, sekalipun mereka cucu Nabi, adalah manusia biasa. Bukan malaikat
yang tanpa dosa. Tidak ma’shum. Dalam hukum, Allah tak pandang bulu.
Salah tetap salah. Membuat rumus bahwa habib tidak boleh salah jelas
keliru. Tidak lantas karena berbuat kesalahan kemudian nasab mereka
menguap dan kemudian berintisab pada orang lain
Ketiga, sikap
muslim pada muslim lainnya adalah saling mengingatkan. Tak ada salahnya
kita mengingatkan seorang habib. Namun perlu diingat mencintai mereka
tetap menjadi kewajiban
Keempat, ingatlah bahwa Nabi Saw saat pernikahan Fathimah dengan Ali, beliau berdo’a :
اللهم بارك فيهما وعليهما وأخرج منهما الكثير الطيب
Ya Allah berkahilah keduanya dan keluarkan dari mereka keturunan yang banyak dan baik
Doa Nabi tak akan tertolak, keturunan Nabi sekalipun dulu tinggal ali
zainal abidin, ternyata menjadi banyak. Demikian pula yang masih belum
terbuka hatinya, dgn idzin Allah suatu saat mereka akan menjadi baik,
berkah do’a Nabi
Wahai pencela anak cucu nabi, bila kalian
takut pada allah dan beriman pada hari akhir, segeralah bertaubat,
sekalipun hanya dari dalam hati
Kasus habib palsu itu bukan hal baru, sama dgn kasus nabi palsu, mantan kiai palsu, kitab palsu, mantan Nu dan berbagai macam yg palsu yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu dgn slogan ‘memurnikan ajaran Nabi’
Paradox. Memang. Membawa misi ‘memurnikan ajaran Nabi’ kok malah membawa yang palsu-palsu?
Istilah habib sudah sangat akrab dengan telinga masyarakat Indonesia, meski banyak juga orang yang belum memahaminya
Habib, adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kekerabatan langsung dengan Rasulullah Saw (cucu). Di samping sebutan habib, ada pula sebutan syarif dan sayyid
Menjadi keturunan Rasulullah Saw merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang dikehendakinya, tentunya disertai dengan amanah yang besar pula di pundak mereka
Ada keistimewaan khusus yang diberikan Allah kepada keturunan Rasulullah Saw, yakni mereka wajib untuk dicintai. Allah swt menyatakan dengan tegas :
قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى
Katakanlah (hai Muhammad), “Aku tak minta balasan apapun pada kalian atas semua ini (sampainya islam pada kalian) kecuali mawaddah (cintailah) kerabat (ku)”
Perintah mencintai keluarga Nabi Saw langsung datang dari Allah swt (pembuat syari’at) kepada Nabi Saw
وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا
Tidaklah sepantasnya bagi mukmin dam mukminah apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan satu perkara, kemudian mereka masih menawar. Barang siapa membangkang pada Allah dan Rasul-Nya maka benar-benar sesat dengan sejelas-jelasnya
Adilkah bila Allah menyuruh kita secara khusus mencintai anak cucu Nabi Saw?
Sangat adil. Tanpa Nabi Muhammad Saw kita tak akan jadi orang islam. Semua adalah buah kegigihan dakwah Rasulullah saw
ووصفه بالظالم استحالا
Mensifati Allah dengan ketidak adilan, adalah sesuatu yang mustahil
Ada pepatah ada gula, ada semut. Ada yang mendapat karunia, tentu saja ada yang hasud
Orang-orang yang hasud senantiasa berupaya menghilangkan jejak yang ditinggalkan Rasulullah Saw dengan berbagai cara
Pertama, dengan mengatakan bahwa Rasulullah Saw tidak mempunyai keturunan (abtar), karena tak seorang pun anak laki-laki yang dimiliki Rasulullah hingga dewasa dan memberikan cucu untuk beliau Saw
Peristiwa ini sudah terjadi sejak Rasulullah masih hidup. Allah Swt langsung membantah anggapan abtar ini dengan ayat :
ان شانئك هو الابتر
Berhentikah para penghina nabi dengan ayat allah tersebut? Ternyata tidak. Mereka berkata, “Muhammad hanya mempunyai anak perempuan. Dengan demikian putuslah keturunannya”
Benarkah demikian?
Ternyata tidak. Justru Sayyidah Fathimah Ra merupakan sebuah pengecualian istimewa. Bila manusia pada umumnya nasab adalah dari garis keturunan laki-laki, anak cucu nabi nasabnya bersambung dengan fathimah
Dengan tegas Nabi bersabda :
كُلُّ نَسَبٍ وَسَبَبٍ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلا سَبَبِي وَنَسَبِي
Tiap-tiap nasab dan sebab (persaudaraan karena hubungan nikah) akan terputus kecuali sebabku dan nasabku
Kedua, upaya pembantaian anak cucu nabi yang terjadi di Karbala, Irak. Untuk kesekian kalinya Allah swt menyelamatkan anak cucu nabi. Lagi-lagi, doa nabi saw bahwa nasabnya tak akan terputus terbukti
Ketiga, mencoba menuduh anak cucu Nabi sebagai mudda’i (cuma ngaku-ngaku, padahal bukan) upaya ini kita saksikan hingga hari ini. Biasanya, ini dilakukan oleh Yahudi untuk mengelabui umat agar tidak lagi cinta pada habaib, kalau bisa malah membencinya
Upaya-upaya mereka dapat kita amati dengan jelas, misalnya dengan mengadu domba antara sesama habaib. Nasehat habib asli kepada habib palsu. Habib asli antara lain : fulan, fulan ,..dst
Tak mempan. Jalankan rencana B. semua habib-habib itu kalau ditest, DNA nya gak akan sama
Sampai di sini kedok mereka mulai terbongkar. Antara satu ucapan dengan ucapan lain saling berbenturan. Tadi mereka bilang habib asli, apa sudah melakukan test DNA? Yang mereka vonis sebagai habib palsu, apa mereka juga sudah test DNA dan menyatakan DNA mereka tidak sama?
Walhasil, masalahnya bukan terletak dalam test DNA atau tidak. Habaib yang sekarang hidup di Indonesia, rata-rata adalah keturunan ke 36, 37 atau ke 38 rasulullah saw. Mungkinkah melacak DNA mereka satu demi satu hingga Rasulullah?
Boleh dibilang wacana test DNA adalah mengada-ada, karena mereka yang berkoar-koar palsu tak punya secarik pun kertas hasil test DNA
Kedua, bagi seorang muslim, ancaman dosa bagi mereka yang mengaku-ngaku keturunan Nabi sudah cukup menakutkan dibanding sekedar test DNA. Kalaupun ada orang tertipu karena memuliakan habib yang ternyata palsu, itupun sama sekali tidak masalah. Allah maha mengetahui bahwa dalam hatinya, orang tersebut berniat menghormati keluarga Nabi Saw. Yang menipu tetap mendapat dosa, yang tertipu, tetap mendapat pahala
Keempat, upaya memanfaatkan sisi kekurangan orang untuk menjatuhkan nasab.
Ada seorang pendusta (gelarnya ustadz) berkata, “Kalau memang dia anak cucu nabi, ya harus persis sama nabi dong. Kalau tidak berarti dia cuma ngaku-ngaku.” Pernyataan ini seakan-akan benar. Namun terselip banyak kedustaan di dalamnya. Tak ada satupun rumus yang menyatakan cucu = kakek, kakek=buyut. Ketidak samaan cucu dengan kakek itu hal lumrah. Anak belum tentu sama dengan bapak. Itu yang pertama
Kedua, habib, sekalipun mereka cucu Nabi, adalah manusia biasa. Bukan malaikat yang tanpa dosa. Tidak ma’shum. Dalam hukum, Allah tak pandang bulu. Salah tetap salah. Membuat rumus bahwa habib tidak boleh salah jelas keliru. Tidak lantas karena berbuat kesalahan kemudian nasab mereka menguap dan kemudian berintisab pada orang lain
Ketiga, sikap muslim pada muslim lainnya adalah saling mengingatkan. Tak ada salahnya kita mengingatkan seorang habib. Namun perlu diingat mencintai mereka tetap menjadi kewajiban
Keempat, ingatlah bahwa Nabi Saw saat pernikahan Fathimah dengan Ali, beliau berdo’a :
اللهم بارك فيهما وعليهما وأخرج منهما الكثير الطيب
Ya Allah berkahilah keduanya dan keluarkan dari mereka keturunan yang banyak dan baik
Doa Nabi tak akan tertolak, keturunan Nabi sekalipun dulu tinggal ali zainal abidin, ternyata menjadi banyak. Demikian pula yang masih belum terbuka hatinya, dgn idzin Allah suatu saat mereka akan menjadi baik, berkah do’a Nabi
Wahai pencela anak cucu nabi, bila kalian takut pada allah dan beriman pada hari akhir, segeralah bertaubat, sekalipun hanya dari dalam hati
Gimana dengan yg ini>
BalasHapushttp://arrahmah.com/read/2009/08/24/5459-siapa-habib-palsu-abdurrahman-assegaf.html
atau
www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/birahi-di-balik-jubah-habib
atau ini :
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/06/08/19414/hani-yahya-assegaf-agen-zionis-itu-diciduk-di-arena-judi-bola-tangkas/
Anehnya itu marganya assegaf semua. Ada apa ini? Yakin habib2 di Indonesia ini bener2 keturunan Rasulullah?
Gimana yang buka jasa manipulasi silsilah di Yaman?
Gimana dengan habib2 Syiah?
Jadi mana yang bener?
Mari kembali ke AlQur'an dan Assunah saja OK.
mencintai Ahlu bait adalah wajib,akan tetapi mereka tidak ma'shum,jika ada dari mereka yang jauh dari sunnah Baginda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam,atau bahkan bersikap ghuluw yang melampaui batas,tentunya kita harus bijak,mendahulukan Sunnah Beliau daripada apa yg tidak diajarkan Beliau,jangan sampai sikap ta'ashub terhadap ahlu bait mematikan sunnah2 Nabi,Jika ada Habib yang Curhat kepada penghuni kuburan,& memohon Doa & sebagainya apa tetap akan mengikuti?Kita diberi akal untuk membedakan yang Hak & Bathil,jangan sampai kecintaan menutupi keimanan kita,
BalasHapus